Kamis, 06 Desember 2012


Apa Akhir perseteruan KPK vs Polri
Hiruk pikuk KPK vs Polri, menurut beberapa pakar dibidangnya dipicu antara lain oleh terbongkarnya kasus-kasus korupsi di kepolisian,yang mungkin melibatkan sampai ke pucuk pimpinan tertinggi Polri. Dugaan ini karena tangan kanan Kapolri yang berbintang dua ditahan KPK, ada dugaan pucuk pimpinan juga tahu, tapi pura-pura tidak tahu.
Saya secara pribadi pertama kali yang perlu bertanggung jawab adalah pucuk Pemimpin negara dalam menunjuk para wakilnya, termasuk ya Kapolri itu yang diangkat presiden. Presiden di pilih oleh rakyat, sehingga beliau paling legitimatid di seluruh orang dinegeri ini karena hanya dialah yang dipilih secara langsung. Sehingga ia mempunyai power untuk menindak para pembantunya jika salah dalam melangkah.
Perekrutan anggota kepolisiaan juga kental dengan uang suap, kalau mau lulus tes polisi harus mengeluarkan sejumlah besar uang baru bisa lulus tes, itu sudah menjadi rahasia umum. Sehingga anggota kepolisian bukan diambil dari benar-benar orang yang punya motivasi untuk memberantas kejahatan, tapi dari orang  yang ingin masuk polisi karena iming-iming gaji yang besar. Dan juga akses kepemerintahan dan urusan tetek bengek yang lebih mudah, barangkali juga dalam mencari jodoh anggota polisi lebih diuntungkan dari kelompok pekerjaan masyarakat lainnya.
Tapi fakta yang tak terbantahkan dari semua keruwetan di negara ini antara lain, dibandingkan negara lain misal Selandia Baru tersebutlah sebagai negara terbersih dari korupsi sedunia, padahal nota bene penduduknya non muslim, namun mereka masyarakatnya anti korupsi. Kita jadi bertanya apa sih yang mendasari mereka yang begitu anti korupsi, sementara kita yang mayoritas muslim dalam ajaran agama tegas haram korupsi, sedangkan mereka belum tentu ada dalam agama yang dianutnya larangan korupsi. Ternyata dugaan saya yang membuat masyarakat mereka anti korupsi adalah etika berkehidupan yang berprinsip pada saling menghargai dan saling tidak ingin merugikan pihak lain.
Para pemimpin kita juga banyak tidak memberi contoh suri teladan kepada masyarakat, sehingga masyarakat tidak mempunyai figur yang bisa dijadikan contoh, sehingga masyarakat menjadi bertindak sendiri, lebih-lebih lagi karena aparat penegak hukum dalam hal ini kepolisian kurang wibawanya, dikarenakan oknum-oknumnya yang merusak, seperti terlibat narkoba, korupsi, pelecehan seksual yang gencar di ekspos media massa, apalagi kebanyakan media massa doyan berita sensasi.
Kepolisian, kejaksaan dan kehakiman juga sudah tercemar dengan virus korupsi, mafia peradilan, mafia kasus dan lainnya yang saya sendiri kurang faham, karena bukan bidang saya. Ini juga sudah menjadi konsumsi publik di media massa akhir-akhir ini. Kalau saya cermati para pemimpin kita presiden, kepolisian, kehakiman dan kejaksaan tidak ada keinginan kuat untuk memberantas korupsi dan menyamankan negeri dari berbagai masalah yang merusak kehidupan bangsa. Perlu dibutuhkan pemimpin yang powerful bersama seluruh masyarakat untuk sama-sama menjaga ketertiban umum, bersabar dalam segala urusan, tenggang rasa, teposeliro, toleransi, saling menghargai, empati, menjaga hak dan kewajiban, berpikir jauh kedepan, tidak memaksakan kehendak, dll.
 Coba kalau masyarakat kita punya pendirian : kalau dapat saya bantu, kalau tidak bisa saya tidak akan mengganggu. Sedikit bicara banyak bekerja. Ingatlah apapun yang kita kerjakan yang pasti kita tidak bisa lari dari kematian, mungkin kita bisa lari dari jaksa, polisi atau KPK. Dan ingatlah hari tua kita yang renta, pikun, kembali seperti anak-anak, tergantung orang lan, tidak bisa mengurus diri sendiri. Itulah fakta yang tidak bisa dibantah. Dan pikirkanlah bekal apa yang sudah kita persiapkan untuk hidup setelah mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SMA 4 TAHUN 2008

SMA 4 TAHUN 2008
Majlis Guru dan Paskibraka