Saya hanya mengira –ngira salah satu pangkal permasalahan masyarakat kita adalah terlalu mendewakan materi(uang) dan jabatan. Inilah pangkal kejadian-kejadian yang terjadi akhir-akhir ini.
Coba saja kita lihat budaya konsumerisme terjadi dimana-mana, membeli barang-barang yang sebenarnya kurang begitu dibutuhkan, atau membeli barang baru karena model baru, sementara dia sebetulnya sudah memilki barang tersebut. Yang paling populer tentunya HP, tiap ada model baru ganti yang baru, padahal fungsinya sama aja. Barangkali banyak diantara kita yang mempunyai HP lebih dari satu.
Materi itu perlu, tapi yang penting cukup dan tidak berlebihan, apa lagi ingin menonjol dari lingkungan sekitarnya. Hidup bersahaja lebih menjamin ketentraman dan kedamaian, daripada hidup mewah dan boros dari uang hasil korupsi yang dapat mengundang orang dengki dan jahat untuk berbuat tidak baik.
Kaya boleh tapi ingat harus dermawan, dan mau berbagi dengan lingkungan, kalau kita dapat rejeki dari Allah yang sangat melimpah daripada kita gunakan untuk pilkada atau nyaleg misalnya lebih baik untuk menyumbang orang miskin, membangun mesjid dan hal-hal lain yang bermanfaat. Sebab cara seperti itu (menggunakan uang untuk pilkada atau nyaleg ) cenderung kita memakai uang bersih mendapat uang kotor (ngertikan maksudnya). Umumnya kalau kita membeli jabatan dengan uang pasti kita berusaha untuk menjual jabatan kita dengan uang juga dengan cara-cara yang tidak terpuji salah satunya korupsi.
Jabatan hakekatnya juga omong kosong, apalagi kalau didapatkan dengan cara-cara yang tidak jujur. Sebab jabatan itu tidak selamanya, bupati , gubernur atau presiden 5 tahun atau paling lama 10 tahun. Dan sejujurnya jabatan zaman sekarang menjauhkan para pemakainya dari lupa kepada hari akhirat. Padahal jabatan itu harus dipertanggung jawabkan.
Ada kutipan yang baik tentang jabatan yang begini bunyinya “Bahkan seandainya semua orang yang ada dimuka bumi dari timur hingga barat sujud kepadamu selama 50 tahun, tidaklah tersisa orang yang sujud maupun orang yang disujudi”. Kalau saya uraikan maksudnya kira-kira begini. Jabatan/kedudukan seseorang betapapun tingginya didunia ini tidak ada artinya jangankan presiden, firaun bae yang disembah rakyatnya toh ujung-ujungnya mati juga dan kembali kepada Allah SWT, untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Kita semua manusia apa yang akan terjadi dengan kita, sekarang lagi muda megang jabatan janganlah sewenang-wenang, arogan, cuek, tidak peduli dengan rakyat atau bawahan padahal apa yang akan terjadi selanjutnya bisa ditebak: berhenti megang jabatan, menjadi tua, lemah, bergantung pada orang lain (kembali seperti anak-anak). Atau seperti yang sering dikatakan matalah kabur, kulitlah kendur, ubanlah bertabur gigilah gugur tingal tunggu saatnya masuk kubur .
Sungguh artikel yang bagus.... sangat menyentuh sekali. Patut dibaca semua orang termasuk para pejabat pengambil keputusan...... salut !
BalasHapus