DAYA TARIK HARTA
BENDA DUNIAWI
Sepanjang kehidupan, kita punya cita-cita tertentu untuk dicapai:
kekayaan, harta benda, dan kedudukan yang lebih baik, serta pasangan dan
anak-anak. Inilah di antara cita-cita yang umum bagi hampir semua orang. Segala
rencana dan upaya dikerahkan untuk mencapai tujuan-tujuan ini. Meskipun
satu-satunya fakta yang tidak dapat disangkal adalah bahwa segala sesuatunya
cenderung menua dan musnah, manusia tidak dapat melepaskan dirinya dari
keterikatan terhadap benda-benda. Suatu hari sebuah mobil baru akan ketinggalan
zaman; karena sebab-sebab alamiah, tanah pertanian yang subur menjadi gersang;
seorang yang cantik kehilangan semua pesonanya ketika ia menua. Di atas
segalanya, setiap manusia di muka bumi akan mati, meninggalkan segala sesuatu
yang dimilikinya. Namun meskipun terdapat fakta-fakta yang tak terbantahkan
ini, manusia menunjukkan kecintaan yang tak terhingga kepada harta benda.
Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada
apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang
baik. (QS. Ali 'Imran, 3: 14)
Pentingkah
Kekayaan dan Kedudukan di Dunia?
Kebanyakan orang percaya bahwa kehidupan yang benar-benar tenteram dapat
dicapai di dunia ini. Mentalitas ini menganjurkan bahwa seseorang dapat
menemukan kebahagiaan sejati dan mendapatkan penghormatan dari orang lain
melalui kekayaan. Mentalitas serupa meyakini bahwa begitu terpenuhi, kesenangan
ini akan berlangsung hingga ke akhir dunia. Namun, kebenarannya justru
berlawanan. Manusia tidak pernah dapat mencapai hidup impiannya dengan
melupakan Penciptanya dan hari penghisaban. Hal ini karena pada saat dia
mewujudkan satu sasaran, dia mulai memikirkan yang lainnya. Tidak puas dengan
banyaknya yang diperoleh, ia menerjuni bisnis yang baru. Dia tidak merasakan
kepuasan apa pun dari flatnya yang baru begitu ia melihat rumah tetangganya
yang didekor penuh seni, atau bisa juga, karena dekorasi rumahnya adalah gaya
tahun lalu, yang sudah ketinggalan zaman, mendorong ia untuk mendekor ulang.
Begitu pula, karena gaya dan cita rasa berubah secara drastis, dia mengimpikan
pakaian-pakaian yang lebih mutakhir karena ia tidak puas dengan apa yang telah
dimilikinya. Psikologi orang yang tidak beriman dijelaskan dengan gamblang
dalam ayat berikut:
Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku
telah menciptakannya sendirian. Dan Aku jadikan baginya harta benda yang
banyak, dan anak-anak yang selalu bersama dia, dan Ku lapangkan baginya dengan
selapang-lapangnya, kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya. (QS. Al
Mudatstsir, 74: 11-15)
Seseorang yang berpikiran sehat dan berpemahaman jelas akan mengakui bahwa
para pemilik rumah besar dengan kamar yang lebih banyak dari penghuninya,
mobil-mobil mewah, atau lemari pakaian besar hanya mampu menggunakan sebagian
terbatas dari harta bendanya. Jika Anda memiliki rumah terbesar di dunia,
apakah mungkin menikmati setiap kamar pada saat bersamaan? Begitu pula, jika
Anda mempunyai sebuah lemari pakaian berisi berbagai busana yang mengikuti mode
terakhir, berapa banyak yang dapat Anda kenakan dalam sehari? Pemilik rumah
besar dengan lusinan kamar, sebagai suatu entitas yang dibatasi ruang dan waktu
hanya dapat tinggal di sebuah ruangan pada suatu waktu. Jika Anda ditawari
semua makanan lezat dari restoran terkenal, lambung Anda hanya akan menampung
sedikit; jika Anda berusaha memaksakan lebih banyak, hasilnya lebih merupakan
siksaan, bukannya kesenangan.
(
dikutip dari karya Harun Yahya )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar